GUNUNG
KEKECENG SEBAGAI SITUS PERJUANGAN
TERANCAM
PUNAH OLEH ULANG OKNUM KADES
DAN PENGUSAHA TAMBANG
Nasional
Pers,
Gunung Kekenceng yang memiliki
tempat di antara dua Desa yaitu Desa Tegalpanjang dan Desa Slaawi Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, Gunung Kekenceng adalah sebagai Situs Perjungan
Rakyat Indonesia melawan Penjajah Hindia Belanda, Tokoh Masyarakat Kekenceng menceriterakan
sejarahnya, rupaya sejarah Gunung Kekenceng ini tidak kalah seru oleh Sejarah Perjuangan
Bojongkokosan.
Gunung Kekenceng 1945-1949
ini merupakan tempat yang strategis untuk menghadang musuh-musuhnya yaitu tentara
Belanda yang akan melintas kearah Jakarta atau sebaliknya kearah Bandung, dulu
di bawah Gunung Kekenceng ada Jalan dimana tempat lintasan Pasukan dan kendaraan
perang Belanda, dimana mereka masuk dari Gerbang Sukalarang (yang sekarang Tugu
monument Sekalarang) lalu ke Gunung Kekenceng dan keluar di Sukaraja, tentara
Kemerdekaan di bawah Pimpinan Letkol Eddy Soekardi bersama Rakyat bersatu dan
berkumpul menyusun Strategi di puncak Gng. Kekenceng dan menggali beberapa
lubang persembunyian untuk menghindari ancaman Mortir dan Bom musuh tiada lain
untuk menghadang Perjalanan Tentara Belanda ketika lolos dari Kampung Gekbrong
sebelum Gng. Kekenceng dari arah Timur begitu juga sebaliknya ketika lolos dari
Bojongkokosan dari arah barat, tidak sedikit Tentara Belanda yang korban dengan
Penghadangan tersebut juga banyak Pejuang dan Masyarakat yang Gugur di makamkan
di Gunung Kekenceng tersebut hingga sekarang menjadi makam umum. Demikian Tokoh
Masyarakat tersebut mencritrakan sejarah singkatnya.
Salah satu dari Yayasan
Cakar Budaya Nasional Gunung Kekenceng menceritrakan bahwa Gunung Kekenceng
tersebut adalah Tanah Negara yang di kelola oleh dua Desa dengan Luas total
keseluruhan ±11 Hektar, entah bagai mana ceritranya tanah yang asalnya milik
Negara lalu menjadi terpecah-pecah ada yang milik masyarakat sebagian bersertifikat
dan sebagian besar tanah Desa dan Tanah Negara tetapi sekarang sebagian besar
sudah atas nama PT. Muara Bara Indonesia MBI (Freddy) seorang keturunan Cina
berkerjasama dengan Ir. H. Dindin Hasanudin rupanya sudah mereka kuasai
termasuk Makam Pejuang Kemerdekaan dan Tanah Negara dan tanah Desa, tanah yang
di miliki oleh masyarakat di jualnya dengan harga Rp. 20-25ribu /meter,
kesemuanya ini diduga biongnya adalah oknum Kepala Desa Tegalpanjang.
Lanjut keterangannya, Gng.
Kekenceng seluas ±11 Ha tersebut terbagi dengan 5 Ha kepemilikan Tanah Adat di suakelolakan oleh Saka
wanabhakti (Pramuka), Puncak Gng. Kekenceng seluas 5000mtr Tanah milik Negara, Tanah
Desa Tegalpanjang, seluas 2 Ha dan Situs Gng. Kekenceng dan 2 Bukit di kuasai
Oleh PT. MBI (Freddy) beserta Ir. H. Dindin Hasanudin yang bergerak di
Perusahaan Pertambangan Batu.
Keterangan para Tokoh
yang ada di Lembah Gng. Kekenceng, baru-baru ini Masyarakat yang tinggal di
lembah Gunung Kekenceng RT 01/ 02 Desa Slaawi Marah besar karena Makam Pejuang
Kemerdekaan sebagai Makam leluhurnya seluas 1.5 Ha akan di gusur oleh PT. MBI
(Freddy) CS tanpa musyawarah, Warga Kampung Kekenceng yang di wakili oleh para Tokohnya
yaitu H, Maksum, 70thn, Badrudin 61thn, Ukat Sukatma 53thn Mereka menyatakan
tidak setuju dengan rencana pembongkaran Gng, Kekenceng, selain adanya Makam
Perjuangan Kemerdekaan juga ada Situs Pertahanan Kodam III Siliwangi TKR
Resimen III Sukabumi Pimpinan Letkol Eddy Sukardi pada tahun 1945 sampai dengan
1949.
Menurut mereka Jika di
biarkan PT. MBI (Freddy) CS membongkar Gng. Kekenceng Kami yang kena dampak
seperti sawah-sawah Kami akan kekeringan dan Iklim di sekitar Gng. Kekenceng akan
Panas dan pasti menimbulkan Polusi yang tidak baik bagi kami, untuk itu biarkanlah
Kami dengan kehidupan seperti ini semua masyarakat di sini sudah begitu nyaman
dan sehat seperti yang sudah di ketahui oleh seorang Gubernur Jawa Barat
sekarang, dulu Bapak DR. H. Ahmad Heryawan Lc. Msi semasa kecilnya waktu duduk
di sekolah SD sering sekali ke Gng, Kekenceng ini menikmati Alam Pegunungan ini
berlatih bersama Rombongan Anak-anak Pramuka dari SDN Slaawi, saat itu dengan
Bapak Engkus Kusnadi dan Pak Yaya sebagai Pembinanya, karena menurut para Tokoh
Gng. Kekenceng bahwa Bapak Ahmad Heryawan sebagai Gubernur Jabar sekarang
adalah asli kelahiran Desa Slaawi Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi,
mungkin Bapak Gubernur Kami jika mengetahui bahwa Gng Kekenceng ini akan di
bongkar oleh Perusahaan Penambang batu, saya rasa jika Bapak Gubernur
mengetahuinya pasti akan mempertimbangkan kembali, karena Bapak Gunernur peduli
kepada Gunung ini sampai memerintahkan supaya akses sepanjang jalan ke Gng.
Kekenceng di aspal maka tidak mungkin jika untuk membongkar Gng. Kekenceng.
Lanjut para Tokoh, pada
bulan November 2012 Bapak Gubernur Kami telah memberikan bantuan banyak Bibit seperti
Pohon Jati, Mahoni, Suren, Cendana, Cemara, Albazia dan Damar kepada Kelompok
tani Mekar Sari Kampung Kekenceng dengan jumlah 7000 pohon dan Bibit
buah-buahan sebanyak 3000 Pohon seperti Sawo, Mangga, Manggis, Petai, Duria,
Jambu dan Rambutan, dan biaya tanamnya dari dana CSR BJB sebesar Rp. 50Jt
sebagai dana Penghijauan di Gng. Kekenceng dan pelaksanaan Penanamannya di
bantu oleh Pramuka Saka Wana bhakti binaan Perhutani KPH Sukabumi, setelah bibit-bibit tersebut semua selesai di tanam rupanya ada yang tidak suka terhadap Program Peneneman pohon & buah-buahan sehingga mereka membakar semua tanaman tersebut, atas pembakaran yang di lakukannya sehingga melibatkan beberapa oknnum masyarakat.
setelah kejadian Pembakaran tanaman dan lahan di Gng. Kekenceng pada 2012 mereka dari Yayasan Cakar budaya Nasional melaporkan kepada Polsek Cireunghas, hingga pada saat ini tahun 2018 tidak ada realisasi atau kepastian hukumnya belum jelas nyaris tidak ada, padahal para saksi dan nama-nama yang di duga sebagai Pelakunya sudah mereka kantongi.
setelah kejadian Pembakaran tanaman dan lahan di Gng. Kekenceng pada 2012 mereka dari Yayasan Cakar budaya Nasional melaporkan kepada Polsek Cireunghas, hingga pada saat ini tahun 2018 tidak ada realisasi atau kepastian hukumnya belum jelas nyaris tidak ada, padahal para saksi dan nama-nama yang di duga sebagai Pelakunya sudah mereka kantongi.
Para tokoh tersebut
beserta Masyarakatnya merasa Khawatir dengan Pembongkaran Gng. Kekenceng
sebagai Vital segala sumber kehidupan mereka yang terancam akan di hancurkan,
seolah Masyarakat di sekitar Lembah Gunung Kekenceng tidak ada yang melindungi,
bagi Masyarakat di Lembah Gunung tersebut, sewaktu 1 Regu dari Organisasi Forum
Komukasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-POLRI (FKPPI) Rayon
Sukaraja dating dan akan memancangkan Bendera Merah Putih di Puncak Gng.
Kekenceng Masyarakat di Kampung Kekenceng merasa Resah dan kaget mereka
bertanya-tanya karena mereka khawatir bahwa kedatangan FKPPI ke tempat tersebut
akan membuat malapetaka seperti yang akan di lakukan PT. MBI cs, dan setelah di
jelaskan oleh salah satu dari mereka akhirnya masyarakat mendukung bahwa
kedatangan FKPPI Rayon Sukaraja dengan memancangkan Bendera Merah Putih ukuran
8x6.5meter di Puncak Gng. Kekenceng sebagai simbol bahwa Gunung Kekenceng
adalah Gunung milik Negara dan bangsa Indonesia untuk kemakmuran Rakyatnya
sesuai dengan bunyi UUD 1945 bahwa Gunung, laut dan isinya milik Negara bagi
kemakmuran Rakyatnya. melainkan bukan untuk di kuasai kepentingan Pribadi, dan
Pemodal setelah mengeruk keuntungan hasil bumi lalu Pulang setelah semuanya
rusak Masyarakat menjadi korban.
Menurut Yayasan Cakar
Budaya Nasional Gunung Kekenceng Kembali menceritrakan bahwa Tanah Desa di
Tegalpanjang yaitu meliputi Gunung Malang dan Gunung Manglayang seluas ±15
Hektar di jual oleh oknum Kepala Desa bernama H. Wawan pada tahun 2003 kepada
H. Anwari mantan Bupati Sukabumi, kemudian Tanah di Puncak Gunung Kekenceng
seluas 2 Ha yang terdiri dari 3000 meter di Puncak Gunung tersebut dan sisanya
Makam Umum, tanah ini pada tahun 2015 di jual oleh oknum Kepala Desa
Tegalpanjang bernama Muhamad Risman (Kades sekarang) kepada PT. MBI (Freddy)
CS, hingga pada suatu hari Kades M. Risman pernah berbicara kepada Masyarakat
Kampung Kekenceng dengan kalimat “jika mau menjual tanah di sekitar Gunung
Kekenceng harus melalui Saya”. Demikian penjelasan dari Yayasan Cakar Budaya
Nasional Gunung Kekenceng.
Masyarakat di Lembah
Gng. Kekenceng berharap sekali ada Perlidungannya bagi Penghijauan Gunung
tersebut, untuk itu Mereka mengharapkan kepada Bapak Gubernur Jawa Barat supaya
bisa turun tangan untuk menyelamatkan Gunung Kekenceng beserta isinya sebagai
pencaharian Kami, sebab Kami semua sekarang sudah merasa resah dan trauma semenjak
kejadian tanaman Kami di Gng. Kekenceng ada yang membakar pada tahun 2012 oleh
orang yang tidak bertanggungjawab, hingga sampai sekarang kepastian hukumnya di
tingkat Polsek Cireunghas tidak jelas, pungkasnya. (fiks)